Fakta Musala Ambruk di Ponpes Sidoarjo: Penyebab dan Korban Tercatat

Table of content:
Bangunan musala di Pondok Pesantren Al Khoziny yang terletak di Desa Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, mengalami ambruk yang mengakibatkan tragedi mengerikan pada Senin sore, 29 September. Insiden ini menimpa ratusan santri yang sedang melaksanakan salat asar, dengan banyak di antara mereka menjadi korban dalam keadaan kritis.
Tim SAR segera dikerahkan untuk melakukan evakuasi di lokasi kejadian, dan belasan ambulans tiba untuk membantu merawat serta mengangkut para korban yang terluka. Kejadian ini telah mengejutkan masyarakat setempat dan menimbulkan berbagai pertanyaan mengenai keselamatan bangunan pesantren.
Berbagai fakta penting terkait dengan insiden menyedihkan ini telah dikumpulkan dan menjadi perhatian banyak pihak, tidak hanya untuk mendapatkan informasi yang jelas, tetapi juga untuk memberikan dukungan kepada korban dan keluarganya.
Waktu Kejadian dan Suasana Salat yang Mencekam
Wahid, seorang santri yang berhasil selamat, mengungkapkan bahwa musala ambruk pada saat ratusan santri tengah beribadah salat asar. Saat itu, ketegangan dan ketakutan melanda, dan banyak yang tidak percaya dengan apa yang terjadi.
Dia menggambarkan, “Saat masuk rakaat kedua, saya mendengar suara gemuruh dan melihat bagian ujung musala mulai runtuh, yang kemudian merembet ke seluruh bangunan.” Suasana yang awalnya khusyuk tiba-tiba berubah menjadi kepanikan, dengan semua santri berusaha menyelamatkan diri.
Santri lainnya, Muhammad Rijalul Qoib, juga berbagi pengalamannya. “Saya sempat mendengar suara bangunan yang retak dan semakin lama semakin keras hingga akhirnya atap bangunan jatuh,” ungkapnya. Ini menunjukkan bahwa meskipun sedang beribadah, ancaman keselamatan selalu hadir.
Jumlah Korban dan Penanganannya di RS
Dari pendataan yang dilakukan, terdapat 87 korban dari insiden ini, dengan satu di antaranya dinyatakan tewas. Direktur Utama RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo, dr. Atok Irawan, menyebutkan bahwa 38 korban luka dirawat di rumah sakitnya.
Empat orang lainnya dirawat di RS Delta Surya, sementara 45 korban luka lainnya dilarikan ke RS Islam Siti Hajar. “Beberapa pasien kami sedang menjalani operasi, dua di antaranya akan diamputasi,” jelasnya. Ini menunjukkan betapa seriusnya insiden tersebut dan dampaknya pada kesehatan korban.
Dengan situasi yang masih berkembang, banyak keluarga yang menunggu kabar mengenai kondisi orang-orang terkasih mereka yang menjadi korban ambruknya musala. Keluarga dan teman-teman berdoa agar mereka yang mengalami cedera dapat pulih secepatnya.
Pernyataan Pengasuh Ponpes dan Permohonan Maaf
Pengasuh Pondok Pesantren Al Khoziny, KH Abdus Salam Mujib, menyampaikan permohonan maaf kepada semua korban dan keluarga mereka. “Kejadian ini adalah takdir dari Tuhan, dan kami ingin semua pihak untuk bersabar atas cobaan ini,” ujarnya di lokasi.
Mujib juga mengharapkan agar semua yang terkena dampak dapat diberi pahala yang baik oleh Allah. “Semoga semua yang mengalami kerugian dijadikan lebih baik di masa depan,” imbuhnya. Hal ini menunjukkan adanya rasa empati dan tanggung jawab dari pihak pengasuh.
Rasa duka mendalam menyelimuti pesantren dan masyarakat sekitar. Mereka berharap agar tragedi ini menjadi pelajaran penting ke depannya, terutama dalam menjaga keselamatan santri yang beribadah.
Analisis Penyebab Kejadian Ambruknya Bangunan
KH Mujib menjelaskan bahwa insiden ini disebabkan oleh penopang cor yang tidak kuat. Ketika kejadian, bangunan dalam tahap pengecoran akhir di bagian atap, dan sepertinya daya sokongnya tidak mencukupi.
“Bangunan ini telah dalam proses pembangunan selama sembilan hingga sepuluh bulan, dan sayangnya pada tahap akhir justru terjadi bencana,” tambahnya. Ini menunjukkan bahwa meskipun pembangunan telah berlangsung cukup lama, ternyata beberapa standar keselamatan belum terpenuhi.
Dari penjelasan lagi, ternyata bangunan musala ini tidak memiliki izin mendirikan bangunan (IMB), yang menjadi sorotan dari Bupati Sidoarjo. “Konstruksi yang tidak sesuai standar ini menjadi salah satu faktor penyebabnya,” ungkap Bupati.
Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Tragedi Ini
Insiden ambruknya musala di Pondok Pesantren Al Khoziny menjadi pengingat bagi semua pihak mengenai pentingnya peraturan dalam pembangunan. Banyak pesantren yang seringkali lebih mendahulukan pembangunan tanpa memastikan keselamatan terlebih dahulu.
Hal ini menciptakan risiko yang tidak seharusnya terjadi pada lingkungan pendidikan. Oleh karena itu, prosedur perizinan dan standar keselamatan harus selalu diperhatikan dengan serius.
Penting bagi lembaga pendidikan dan pesantren untuk melakukan audit konstruksi secara berkala dan memastikan bahwa setiap langkah dalam proses pembangunan sudah memenuhi syarat. Ini tidak hanya untuk melindungi santri, tetapi juga untuk menjaga reputasi lembaga pendidikan.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now