Penjualan Pertalite Turun, Subsidi BBM Mulai Ditinggalkan menurut Kementerian ESDM

Table of content:
Minimnya penggunaan bahan bakar minyak (BBM) subsidi di kalangan masyarakat mencerminkan perubahan perilaku konsumen yang signifikan. Penurunan penjualan BBM subsidi jenis RON 90 atau Pertalite telah tercatat hingga Agustus 2025 dan menunjukkan pergeseran yang mengejutkan dalam pola konsumsi energi masyarakat.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Laode Sulaeman, menyampaikan bahwa rata-rata penjualan harian Pertalite mengalami penurunan yang cukup signifikan. Sementara itu, konsumsi BBM nonsubsidi mengalami peningkatan yang mendorong kebijakan evaluasi oleh pemerintah.
Pergeseran ini menjadi penting untuk dipahami dalam konteks kebijakan energi nasional, terutama dalam menghadapi tantangan anggaran subsidi pemerintah yang semakin ketat. Pada tahun 2024, penjualan harian Pertalite tercatat sebesar 81.106 kiloliter, tetapi hingga Juli 2025, jumlah tersebut turun menjadi hanya 76.970 kiloliter.
Tren Konsumsi BBM di Indonesia Periode 2024 hingga 2025
Perubahan signifikan dalam pola konsumsi BBM ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai beralih dari BBM subsidi ke jenis yang lebih berkualitas. Dalam hal ini, Pertamax dan produk non-subsidi lainnya mencatatkan peningkatan penjualan yang mengesankan. Penjualan harian BBM non-subsidi naik dari 19.061 kiloliter pada 2024 menjadi 22.723 kiloliter per hari pada 2025.
Pola ini menunjukkan bahwa permintaan akan BBM berkualitas lebih tinggi semakin meningkat, seiring dengan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kualitas energi dan dampaknya terhadap lingkungan. Laode menjelaskan bahwa pergeseran ini juga memerlukan perhatian pemerintah dalam pengaturan harga dan subsidi.
Keputusan konsumen untuk beralih dari Pertalite ke Pertamax tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas, tetapi juga oleh harga yang lebih stabil dan tingkat efisiensi yang lebih baik. Ini menunjukkan bahwa edukasi tentang konsumsi energi yang lebih ramah lingkungan juga mulai membuahkan hasil.
Dampak Pada Kompensasi Subsidi dan Kebijakan Energi
Pergeseran pola konsumsi ini berimplikasi langsung pada anggaran subsidi pemerintah yang harus dialokasikan untuk BBM. Laode mencatat bahwa dengan tren penurunan konsumsi Pertalite, kompensasi yang harus dibayarkan pemerintah diperkirakan akan mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2024, kompensasi untuk Pertalite mencapai Rp48,923 triliun, sedangkan pada 2025 diharapkan turun menjadi Rp36,314 triliun.
Berkurangnya beban subsidi ini dapat membantu pemerintah untuk mengalihkan dana ke sektor-sektor lain yang lebih membutuhkan. Misalnya, investasi dalam infrastruktur energi baru dan terbarukan yang dapat memperkuat ketahanan energi nasional. Tentu saja, kebijakan ini harus tetap diimbangi dengan keterjangkauan bagi masyarakat yang masih bergantung pada BBM subsidi.
Dengan menurunnya konsumsi BBM subsidi, pemerintah mungkin akan lebih terdorong untuk memperkenalkan kebijakan yang lebih adil terkait BBM, yang tidak hanya menguntungkan satu golongan tetapi juga memberikan akses yang lebih luas bagi semua lapisan masyarakat. Upaya ini tentu saja membutuhkan penelitian dan pemetaan yang matang.
Implikasi Lingkungan dari Peralihan Konsumsi BBM
Pergeseran dari BBM subsidi ke BBM non-subsidi seperti Pertamax juga memiliki implikasi positif bagi lingkungan. BBM berkualitas lebih tinggi sering kali memiliki emisi yang lebih rendah, yang berarti pengurangan polusi udara dan dampak lingkungan yang lebih minimal. Ini sejalan dengan tujuan pemerintah untuk mendorong keberlanjutan dan perlindungan lingkungan.
Tingkat efisiensi yang lebih tinggi dari BBM non-subsidi menunjukkan bahwa konsumen tidak hanya lebih sadar menggunakan energi secara bijak. Ini mencerminkan kesadaran akan dampak negatif penggunaan BBM bersubsidi yang kini mulai dipertimbangkan oleh masyarakat.
Peralihan ini juga mengindikasikan bahwa transformasi kebijakan energi di Indonesia lebih diarahkan pada pemanfaatan energi yang lebih bersih sehingga lingkungan dapat terjaga. Penting bagi pemerintah untuk terus memberikan sosialisasi serta edukasi mengenai pilihan energi yang lebih ramah lingkungan di masa depan.
Join channel telegram websitekami.com agar tidak ketinggalan berita loker terbaru lainnya
Join now